Apa yang Dimaksud Dengan Daya Tahan Tubuh?

Meningkatkan kekebalan tubuh dapat dilakukan dengan vaksinasi atau imunisasi.

1.    Kekebalan Tubuh
Kekebalan tubuh dibagi menjadi dua yaitu kekebalan tubuh aktif dan kekebalan tubuh pasif. Kekebalan tubuh aktif adalah kekebalan tubuh yang dihasilkan karena limfosit teraktivasi oleh antigen yang terdapat di permukaan sel patogen. Karena proses aktivasi terjadi pada saat infeksi patogen secara alami, kekebalan tubuh tersebut dinamakan kekebalan tubuh aktif alami.

Kekebalan Tubuh
Kekebalan tubuh juga dapat dipicu secara buatan. Hal tersebut melibatkan penyuntikan (injeksi) antigen ke dalam tubuh. Kekebalan tubuh yang dihasilkan melalui proses tersebut dinamakan kekebalan tubuh aktif buatan, dan prosesnya lebih dikenal sebagai vaksinasi. 

Kekebalan tubuh pasif timbul ketika seseorang menjadi kebal untuk sementara terhadap suatu antigen, karena menerima antibodi dari orang lain. Kekebalan tubuh pasif alami timbul ketika antibodi diberikan oleh ibu kepada bayinya melalui plasenta dan ASI. Kekebalan tubuh tersebut hanya bersifat sementara untuk melindungi tubuh bayi, sampai bayi tersebut berkembang sistem imunnya dan telah mampu memproduksi antibodi sendiri. Kekebalan tubuh pasif buatan timbul ketika antibodi yang diekstrak dari satu individu disuntikkan ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan tubuh yang dihasilkan sangatlah singkat, tetapi berguna yaitu untuk penyembuhan secara cepat, seperti pada individu yang digigit ular beracun atau anjing gila. 


2.    Vaksinasi
Vaksinasi yaitu pemberian vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh. Vaksin yaitu suatu antigen yang disuntikkan atau diberikan secara oral (melalui mulut), dan dapat menyebabkan perkembangan kekebalan tubuh (imunitas) aktif dari individu yang diberi vaksin. Sejumlah kecil antigen diperkenalkan ke tubuh seseorang sehingga menstimulasi produksi antibodi, seperti saat terjadi infeksi alami. Kekebalan tubuh melalui vaksinasi sifatnya tahan lama sebab tubuh mampu memproduksi sel-sel memori yang akan “mengingat” antigen yang masuk ke dalam tubuh. Sebelum diberikan ke tubuh individu, antigen untuk vaksin dijadikan tidak berbahaya terlebih dahulu.
Vaksin diperoleh dari sumber-sumber berikut.


a.    Mikroorganisme mematikan yang dimatikan, misalnya bakteri penyebab batuk rejan. Mikroorganisme tersebut dimatikan dengan pemanasan atau pemberian senyawa kimia yang mendenaturasi atau merusak enzim-enzim sel mikroorganisme. Patogen yang telah mati tidak akan menimbulkan penyakit, namun masih memiliki antigen pada permukaan selnya yang akan dikenali oleh limfosit T dan limfosit B, sehingga menghasilkan pembentukan antibodi oleh tubuh penerima vaksin.

b.    Strain hidup yang tidak mematikan, misalnya virus penyebab rubella. Vaksin yang dihasilkan melalui cara tersebut biasanya dinamakan vaksin yang dilemahkan. Patogen dilemahkan untuk memasitikan tidak menyebabkan infeksi yang parah. Contoh lain adalah vaksin BCG yang digunakan untuk melawan tuberkulosis dan vaksin Sabin untuk melawan poliomielitis.

c.    Toksin yang dimodifikasi, misalnya vaksin yang digunakan untuk melawan difteri dan tetanus. Pada vaksin jenis tersebut, toksoid (senyawa toksik) yang dihasilkan bakteri dijadikan tidak berbahaya, kemudian digunakan untuk menstimulasi produksi antibodi dengan tidak ada ressiko terjadi infeksi.

d.    Antigen hasil isolasi, terpisah dari patogennya, misalnya vaksin influenza. Antigen tersebut yang penting dipisahkan dari mikroorganisme melalui pemecahan struktur patogen dan mengambil glikoprotein. Vaksin influenza mengandung campuran sejumlah antigen dari berbagai strain virus influenza, dengan tujuan yaitu mengalahkan banyaknya variasi strain virus influenza yang ada. Variasi antigen tersebut muncul pada mikroorganisme yang memiliki kecepatan mutasi tinggi.

e.    Antigen hasil rekayasa genetik, misalnya vaksin hepatitis B. Antigen dihasilkan melalui ekstraksi gen pengkode antigen tertentu dari patogen, kemudian disisipkan ke plasmid mikroorganisme lain, misalnya bakteri yang tidak berbahaya. Sel bakteri tersebut kemudian akan bereplikasi, menghasilkan antigen dalam jumlah besar.
 

Pengobatan Penyakit dengan Antibiotik
Antibiotik pertama yang dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an merupakan senyawa kimia yang dihasilkan suatu organisme, yang dapat membunuh mikroorganisme lain. Sebagai contoh, penisilin, antibiotik pertama yang dikembangkan dalam skala besar untuk melawan infeksi bakteri. Penisilin merupakan hasil produksi suatu jenis jamur. Semenjak itu, antibiotik sudah diekstrak dari berbagai sumber, misalnya kulit katak dan butiran salju, dan ada pula yang disintesis (buatan).
Antibiotik dikarakterisasi berdasarkan jangkauan keefektifannya dan cara kerjanya. Antibiotik spektrum luas adalah antibiotik yang dapat membunuh berbagai jenis bakteri, sedangkan antibiotik spektrum kecil adalah antibiotik yang efektif hanya terhadap sedikit jenis bakteri. Untuk membunuh patogen yang spesifik, diperlukan antibiotik spektrum kecil yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Semua antibiotik harus memiliki sifat toksisitas spesifik, yaitu antibiotik tersebut harus mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, tapi menyebabkan sedikit atau tidak ada kerusakan bagi jaringan tubuh.

Target kerja antibiotik adalah proses metabolisme sel seperti sintesis protein, yang sedikit berbeda pada mikroorganisme dibandingkan pada sel manusia dan hewan lainnya. Antibiotik yang berbeda memiliki mekanisme aksi yang berbeda pula. Sebagai contoh, antibiotik tetrasiklin bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri sehingga mencegah perlekatan dengan ribosom bakteri sehingga mencegah perlekatan RNA; kloramfenikol bekerja dengan cara mencegah transfer asam amino ke ribosom; eritromisin bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri dan mencegah terjadinya translasi; dan penisilin bekerja dengan cara mencegah pembentukan struktur peptidoglikan yang merupakan komponen penting bagi dinding sel bakteri sehingga dinding sel akan melemah dan sel pecah.
Saat ini banyak bakteri yang sebelumnya rentan terhadap antibiotik, menjadi kebal (resisten) karena terjadinya mutasi secara acak. Sebagai contoh, ada bakteri yang kebal terhadap penisilin karena memiliki kemampuan untuk mensintesis penisilinase, enzim yang dapat memecah antibiotik penisilin. Pemaparan berkali-kali terhadap antibiotik telah menyebabkan semakin banyak bakteri yang mampu bertahan hidup dan mewariskan gen-gen resisten kepada strain yang berbeda. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik yang terlalu sering dan tidak sesuai aturan perlu dihindari. Mengurangi penggunaan antibiotik berarti semakin sedikit bakteri yang terpapar oleh antibiotik dan mengurangi kemungkinan munculnya strain resisten.

Post a Comment for "Apa yang Dimaksud Dengan Daya Tahan Tubuh? "