Tumbuhan Senna, Terapi Sembelit ala Rasulullah


tumbuhan senna terapi sembelit rasulullah

Dari ‘Asma binti Umais r.a., ia menceritakan bahwa Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “Apa yang engkau gunakan untuk mencahar?” Ia menjawab, “Syubrum.” Beliau saw. bersabda, “(Syubrum) sifatnya panas dan terlalu keras.” ‘Asma berkata, “Aku pun menggunakan semua untuk melaksatif.” Rasulullah saw. bersabda, “Jika ada sesuatu yang dapat mengobati dari kematian, itu adalah senna.” Abu Isa berkata bahwa hadits ini hasan gharib, “al-Masyyiy” maksudnya obat pencahar. (HR. At-Tirmidzi, derajatnya dha’if).

Apa itu Senna?
Daun Senna sifatnya panas-kering termasuk tingkatan pertama. Senna banyak terdapat di Mekkah yang dimuliakan Allah swt. Demikian pula para tabib (dokter) memilih as-sana al-makki (senna mekah) karena merupakan jenis yang paling bagus. 


Ibnu Majah meriwayatkan dari Naabi saw.,


“Kalian harus menggunakan sana dan sanut karena pada keduanya terdapat obat dari segala penyakit, kecuali as-sam.”


As-sam adalah kematian. Keterangan ini seperti sabda beliau saw. tentang habbatussauda : “Di dalamnya terdapat obat bagi segala penyakit.” Maksudnya, obat untuk berbagai penyakit.


Senna adalah obat mulia yang aman dari bahaya, dapat memperkuat hati (jantung), melunakkan, dan tidak keras. Karena itu, para tabib (dokter) menggolongkannya ke dalam obat-obatan karena kemuliaannya di sisi mereka dan banyak manfaatnya.


Dalam At-Thibbun Nabawi dikatakan bahwa termasuk dalam rendaman urus-urus (yang dapat membuang isi perut), dekok, pil tidak lain untuk memperlancar pembuangan isi perut juga meringankan sakit kuning dan empedu kuning serta lendir, bersatu dalam campuran ke dalam sendi-sendi, demikian pula bermanfaat untuk sakitnya dan perasaan was-was. Ibnu Sina memandangnya sebagai obat-obatan jantung.

Sabda Nabi saw. dalam hadist ‘Asma: “Dengan apa engkau istimsya (urus-urus, yaitu membuang isi perut)?” ‘Asma menjawab dengan syubrum maka beliau bersabda, “Itu adalah obat panas seperti api, harus menggunakan senna.”


Nabi saw. bersabda, 


“Kalau ada sesuatu yang dapat mengobati kematian, pastilah senna.”


Di dalamnya terdapat rahasia tersembunyi dan makna yang mulia, dan bkti yang jelas bahwa nabi saw. meneliti banyak informasi karena syubrum obat ditolak, sangat kuat membuang isi perut, sifatnya panas-kering termasuk tingkatan ke empat. Para tabib (dokter) meninggalkan penggunaannya karena berbahaya dan sangat keras membuang isi perut.


Anas r.a. telah meriwayatkan dari Nabi saw. beliau bersabda,


“Tiga perkara yang didalamnya terdapat obat untuk semua penyakit, kecuali as-sam: as-sana, as-sanut. Mereka (para sahabat) berkata, “Sana ini kami telah mengetahuinya kemudian apakah sanut?” Beliau menjawab, “Kalau Allah menghendaki, pastilah ia mengenalkannya kepada kalian,“ Muhammad (perawi) berkata, “Aku lupa yang ketiga.”


Air senna yang diminum dalam keadaan dimasak lebih cocok daripada meminum potongannya yang ditumbuk halus dan minuman tumbukannya dari 1 dirham sampai 3 dirham dan yang dimasak dari 7 – 10. Jika ditambahkan pada sanut yang dimasak bunga ungu dan kismis merah yang dicabut pangkalnya, itu lebih bagus.


Penulis Ath-Thibbun Nabawi berkata, “Senna lebih cocok menjadi obat urus-urus (pembersih isi perut), tetapi, harus ditambahkan pada keduanya, baik kismis maupun gula.”


Gum cassia atau ekdtrak biji senna cina (S. obtusifolia) digunakan sebagai agen pengental. Daun dan bunga cassia siam (S. siamea) digunakan dalam beberapa masakan Asia Tenggara, seperti Thailand dan masakan Laos. Senna dikenal sebagai khi-lek di Thailand dan digunakan dalam kari.


Senna italica ssp. italica (Cassia obovata) sering disebut inai netral digunakan untuk perawatan rambut dan memiliki efek yang sama dengan pacar, tetapi tanpa memberikan warna merah, justru lebih pada semburat kuning. Komponen aktifnya adalah turunan antrakuinon yang disebut asam chrysophanic atau chrysophanol (1,8-Dihidroksi-3-methylanthraquinone), yang juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di akar rhubab . Chrysophanol telah dilaporkan memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi juga merupakan komponen feromon dari kumbang galeruca tanaceti.


Glikosida senna atau sennosida digunakan dalam kedokteran modern sebagai obat laxatif. Senna berisi daun kering S. alexandrina. Glikosida meningkatkan sekresi cairan lambung dan motilitas usus, merangsang tindakan pencahar.


Obat senna tersedia dalam bentuk bubuk, butiran, tablet, infus oral (diminum), dan sirup juga tersedia dalam kombinasi dengan diet serat psyllium untuk menambah massa isi usus. Produk ini hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek dan penggunaan kronis. Penyalahgunaan senna telah dikaitkan dengan kegagalan organ.


Beberapa spesies senna digunakan sebagai obat herbal di Nigeria untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk sembelit, infeksi kulit jamur, dan wasir.


Jadi, dalam hal ini dapa diketahui maksud daun senna bersifat panas dan kering, panas berarti stimulant atau merangsang gerak peristaltic usus dan kering adalah mengeringkan isi usus atau dalam bahasa thibb mengeringkan humor berlebih. Itulah sebab hingga saat ini senna masih digunakan untuk mencahar tiga komponen humor, yaitu lendir, empedu kuning, dan empedu hitam.


Terapi Sembelit ala Rasulullah saw.

Alkisah ada seorang pangeran yang menderita sakit. Ia mengeluh mengalami gangguan pencernaan, sembelit, merasa suram, was-was, dan takut mati. Sang pangeran lantas meminta seorang dokter dari kota Fustat menuliskan sebuah risalah agar dapat dijadikan rujukan dalam mengatasi penyakitnya. Sang dokter pun menjawab melalui risalahnya yang berjudul Fi Tadbir al-Sihhah.


“Para dokter sepakat bahwa yang utama dalam gaya hidup sehat, yakni agar tinja tetap lembut. Kapan pun tinja menjadi kering dan terlebih jika tertahan maka dihasilkanlah uap yang sangat jahat. Uap tersebut naik menuju jantung dan otak, merusak humor (cairan tubuh), mengganggu paru-paru, menghasilkan kecemasan, berbagai pikiran jahat, kelumpuhan, dan keengganan untuk beraktivitas serta hambatan berlebih pada pintu keluar sistem pencernaan. Oleh karena itu, berusaha secara maksimal untuk menjaga tinja tetap lembut adalah tindakan yang tepat.” Demikian tulisan sang dokter pada bagian ketiga risalahnya.


Sang dokter membuka bagian ketiga risalahnya dengan mengungkap pentingnya tinja tetap lembut karena bagian ketiga itu berjudul Untuk Terapi Tuan Kami, Khususnya Menurut Gejala yang Dikeluhkannya ditujukan guna mengatasi sumber masalah penyakit melankolia sang pangeran yang dipicu oleh sembelit.


Ya, sembelit sang pangeran yang bernama Sultan Malik al-Afdhal, putra tertua Sultan Salahudin al-Ayyubi, ini dianggap berperan dalam memperburuk penyakit psikologinya. Risalah yang ditulis pada tahun 1198 oleh dokter Yahudi bernama Moses Maimonides ini, dianggap sebagai catatan pengobatan penyakit psikosomatik pertama yang terpublikasi. Walau demikian, untuk saat ini kedokteran modern lebih mengenal efek sebaliknya, yakni masalah psikologis-lah yang memicu terjadinya sembelit.


Menurut Wahyudi Widada “Saat ini yang dikenal justru masalah psikologis seperti stress bisa memicu konstipasi bukan sebaliknya. Walau ada juga pembahasan, apabila terjadi gangguan eliminasi seperti sembelit maupun tertahannya urin, akan mengakibatkan zat racun yang tertahan itu terabsorpsi kembali ke peredaran darah dan menyebabkan efek buruk. Berbicara sembelit dikenal dua istilah, yaitu konstipasi atau terjadinya pengerasan tinja berlebih sehingga sulit dibuang. Lalu ada obstipasi, dimana isi usus mengalami sumbatan atau konstipasi yang cukup hebat akibat tinja menyumbat. Pada kasus kedua, pencahar bisa berperan untuk membantu.”


Obat Sembelit Pilihan Nabi Saw.

Ibnu Muflih al-Maqdisi menguraikan dalam kitab Al-Adab asy-Syariyah, “Para dokter menyatakan bahwa menahan angin (kentut) yang keluar bisa menyebabkan sembelit, pandangan mata gelap, penyakit hati, dan sakit kepala. Sementara itu, menahan kencing bisa menyebabkan terjadinya semua hal tersebut plus kencing batu lalu menahan buang air besar bisa menyebabkan semua hal tersebut.”


Apabila sulit buang air besar, Rasulullah saw pun telah mengungkapkan dengan gamblang aturan penggunaan obat pencahar sebagaimana diterangkan dalam hadits “Asma binti Umais r.a.:


“Rasulullah saw. pernah bertanya kepadanya (‘Asma): “Dgn apa engkau istimsya (mengobati sembelitnya)?” Ia (‘Asma) menjawab: ‘Syubrum.” Beliau bersabda: “Obat itu panas dan reaksinya cepat sekali.” Selanjutnya, ia (‘Asma) menguras perut dengan senna lalu Nabi bersabda: “Kalau ada sesuatu yang bisa mengobati kematian, pastilah senna.” (HR. At-Tirmidzi) Dalam satu riwayat Nabi bersabda, “Mengapa engkau tidak menggunakan senna?” Dalam satu riwayat: “Engkau harus memakai semua.”


Hadits mengenai ‘Asma r.a. tersebut merupakan dalil bahwa Nabi saw. mengetahui kekuatan obat-obatan dan perbedaan tingkatan serta penggunaannya dalam praktik pengobatan sebagaimana dijelaskan Imam adz-Dzahabi dalam Mukhtasar Kitab Ath-Thibbun Nabawi.


Menurut Ibnu Muflih, syubrum adalah kulit akar pohon, karakternya panas-kering pada level keempat. Para dokter tidak menganjurkan penggunaannya sebagai obat karena bisa menyebabkan dehidrasi secara berlebihan. Obat ini bisa melunturkan obat-obatan, kotoran (tinja) yang keras, empedu kuning, dan lendir. Dapat menimbulkan sesak dada dan rasa mual. Jika dikonsumsi terlalu banyak, bisa mematikan.


Syubrum adalah tanaman yang memiliki nama latin Euphorbia piteous, yaitu tanaman perdu tahunan berbatang lunak (herbaceous) dan masih satu keluarga dengan tanaman patah tulang (Euporbia tirucalli). Umumnya tanaman dari jenis Euporbia sp. sifatnya mengiritasi dan beracun, terutama getahnya yang menyerupai susu. Wajar kiranya jika Rasulullah saw. menyebutkan pengganti penggunaan syubrum sebagai pencahar.


Lantas apa itu senna? Menurut Ibnu Muflih, senna adalah tanaman yang tumbuh di daerah Hijaz, yang terbaik adalah yang tumbuh di daerah Mekah (senna makki). Karakternya panas-kering pada level pertama. Ia adalah obat mulia yang aman dari bahaya, dapat memperkuat hati (jantung), dan melunakkan yang keras. Karena itu, para dokter menggolongkannya ke dalam obat-obatan karena kemuliannya di sisi mereka dan banyak menfaatnya, termasuk dalam rendaman urus-urus (pencahar).


Menurut buku WHO Monographs os Selected Medicinal Plants, senna adalah daun kering dari tanaman Cassia senna L. Nama lokalnya adalah alexandria senna, alexandrian senna, fan xie ye, indian senna, senna makki, atau true senna. 


Di Indonesia, jenis yang bernama senna alexandrina disebut juga dengan daun senna atau jati cina. Senna merupakan tanaman asli Afrika dan tumbuh liar dekat dengan sungai Nil serta tersebar pula di Arab, India, dan Somalia.


Dalam buku Fitoterapi Dasar dinyatakan bahwa senyawa aktif daun senna adalah senosida A dan B yang bekerja pada saluran pencernaan, meningkatkan gerak peristaltik usus sehingga mempermudah buang air besar.


Senna lebih baik diminum dengan cara direbus daripada diminum dengan cara ditumbuh. Dosis yang disarankan sampai 3 dirham (1 dirham = 2,975 gram) sementara dosis airnya bisa sampai 5 dirham. Akan lebih baik lagi jika direbus bersama bunga violet (Viola odorata) dan kismis merah, demikian diuraikan dalam kitab Al-Adab asy-syariyyah.


Adapun dalam buku Fitoterapi Dasar dinyatakan bahwa perhitungan dosis yang digunakan untuk dewasa dan anak di atas sepuluh tahun adalah setara dengan 15-30 miligram turunan hidroksiantrasena dihitung sebagai senosida B atau diberikan 1-2 gram bubuk daun digunakan secara oral (diminum) sekali pada malam sebelum tidur.


Dalam Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim menjelaskan, “Komposisi makanan dalam tubuh di negara-negarr panas atau pada musim panas biasanya mendesak dan tertarik ke bagian atas tubuh (mulut) maka muntah pada saat itu lebih bermanfaat. Namun, di negara-negara dingin atau pada musim dingin, makanan lebih bersifat mengeras dan menggumpal, tidak tertarik ke bagian atas tubuh maka pengosongan perut dilakukan melalui buang air besar.”


Adapun bagi penderita radang kolon (usus), usus buntu, keadaan dehidrasi, konstipasi kronik, wanita hamil dan menyusui, dan anak dibawah sepuluh tahun, tidak dianjurkan mengonsumsi senna. Penggunaan lebih dari dua minggu dianjurkan untuk berkonsultasi pada dokter.


Efek Negatif dan Penyalahgunaan Senna

Senna telah disebutkan berkarakter panas dan kering, artinya ketika bekerja di usus maka akan aktif merangsang gerak peristaltik usus dan ini jika berkepanjangan akan mengiritasi saluran cerna. Memang salah satu efek dari obat panas adalah bersifat irritant. Selain itu, obat tersebut bersifat kering, artinya apabila dipergunakan terus menerus, akan menyebabkan kekeringan, dalam bahasa sekarang ini artinya dehidrasi.


Hal ini dinyatakan jelas dalam buku Fitoterapi Dasar bahwa penggunaan jangka panjang atau penggunaan yang salah mengakibatkan kehilangan elektrolit (terutama hipokalemia, hipokalsemia), terjadinya albuminuria, dan hematuria, asidosis atau alkalosis metabolism, serta penurunan berat badan. Pada penderita yang lebih tua, mempunyai penyakit hipotensi (darah rendah) dan lemah tubuh kondisinya dapat menjadi lebih buruk jika secara berulang menggunakan senna, baik daun maupun bijinya.


Penggunaan senna kadang menimbulkan ketidaknyamanan ringan, seperti kram ataupun kolik (mulas). Menurut buku Fitoterapi Dasar, sebuah kasus hepatitis perhan dilaporkan akibat penyalahgunaan dari daun senna. Selain itu, penggunaan senna dapat pula menyebabkan melanosis koli, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan makrofag yang berisi pigmen pada lapisan submukosa yang dapat terjadi akibat dari penyalahgunaan jangka panjang. Kondisi ini tidak berbahaya dan dapat hilang jika penggunaan daun senna dihentikan.


Penyalahgunaan yang umum terjadi pada saat ini adalah penggunaan daun senna untuk melangsingkan tubuh. Kebanyakan mereka membeli simplisia senna yang dijual dengan nama daun jati cina dan digunakan terus-menerus untuk menurunkan berat badan, bukan untuk mengatasi sembelit. 


Allah swt. berfirman,


“Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)


Sumber: Keajaiban Resep Nabi, Karya Joko Rinanto


Post a Comment for "Tumbuhan Senna, Terapi Sembelit ala Rasulullah"