Makalah Asuhan Persalinan Normal

Makalah Asuhan Persalinan Normal
Makalah Asuhan Persalinan Normal

A. PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Nugraheny & Sulistyawati, 2012).

Asuhan kebidanan selama persalinan normal yaitu memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi emosi dan perasaan maupun fisik. Tujuannya asuhan persalinan normal yaitu tiada lain untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Nugraheny & Sulistyawati, 2012).



2. Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal, sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. (Nurasiah, Rukmawati, & Laelatul Badriah, 2012).

3. Sebab Mulainya Persalinan


Menurut Asrinah (2010:3) sebab-sebab mulainya persalinan meliputi

1. Penurunan hormone progesterone

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitive sehingga menimbulkan his.

2. Keregangan otot-otot

Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.


3. Peningkatan hormone oksitosin

Pada akhir kehamilan hormone oksitosin bertambah sehingga dapat menimbulkan his.


4. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan yang sangat penting dalam proses persalinan. Oleh karena itu, pda anencepalus kehamilan lebih lama dari biasanya.


5. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.


6. Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, fiilli corialis mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.


(Nurasiah, Rukmawati, & Laelatul Badriah, 2012).
4. Permulaan Persalinan


1) Tanda-Tanda Persalinan Semakin Dekat


a) Lightening


Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadinya penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.


Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut :


(1) Kontraksi Braxton Hicks.


(2) Ketegangan dinding perut.


(3) Ketegangan ligamentum rotundum.


(4) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.


Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :


(1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang.


(2) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal.


(3) Kesulitan saat berjalan.


(4) Sering berkemih.


Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P, yaitu : power (his), pasage (jalan lahir), dan passanger (bayi dan plasenta). Pada multipara gambarannya menjadi tidak sejelas pada primigravida, karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.


2) Terjadinya his permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut :


a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.


b) Datang tidak teratur.


c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan.


d) Durasi pendek.


e) Tidak bertambah bila beraktivitas


3) Tanda Masuk Dalam Persalinan


a) Terjadinya his persalinan


Karakter dari his persalinan, antara lain :


(1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan


(2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar


(3) Terjadi perubahan pada serviks


(4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah.


b) Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)


Dengan adanya his persalinan, maka akan terjadi perubahan pada serviks yang dapat menimbulkan :


(1) Pendataran dan pembukaan


(2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis menjadi terlepas


(3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.


c) Pengeluaran persalinan


Sebagian pasien ada yang mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Apabila ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung hingga dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caesaria.


(Sulistyawati & Nugraheny, 2010, hal. 6-7)
5. Asuhan Persalinan Normal


Adalah asuhan yang diberikan pada ibu bersalin secara bersih dan aman, serta mencegah terjadinya komplikasi. Tujuannya yaitu menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan.


a. 58 langkah Asuhan Persalinan Normal


Melihat Tanda dan Gejala Kala II


1. Mengamati dan melihat adanya tanda persalinan kala II


a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.


b) Ibu akan merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.


c) Perineum tampak menonjol.


d) Vulva dan sfingter ani membuka.


Menyiapkan pertolongan persalinan


2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.


Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.


a) Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ginjal bahu bayi.


b) Menyiapkan oksitosin 10 unit serta alat suntik steril yang penggunaannya sekali pakai di dalam partus set.


3. Mengenakan pakaian atau baju penutup atau celemek plastik yang bersih.


4. Melepaskan serta menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir lalu keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.


5. Memakai satu sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.


6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan DTT dan steril) dan meletakkan kembali di partus set atau wadah DTT atau steril tanpa mengkontaminasi pada alat suntik.


Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan sangat hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.


8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.


Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.


9. Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masing-masing memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah itu sarung tangan dilepaskan.


10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).





Menyiapkan ibu serta keluarga untuk membantu dalam proses bimbingan meneran


11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.


a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin.


b) Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran merekan mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.


12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).


13. Membimbing meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat untuk meneran.


14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.





Persiapan pertolongan kelahiran bayi


15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.


16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di daerah bawah bokong ibu.


17. Membuka tutup partus set serta perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.


18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


Persiapan pertolongan kelahiran bayi


19. Saat tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi serta membantu lahirnya kepala. Sarankan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.


20. Memeriksa kemungkinan ada lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal tersebut terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.


21. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.





Lahirnya bahu


22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, lalu pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah hingga bahu depan muncul kemudian gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri serta memegang lengan dan siku sebelah atas.


24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke bagian punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki.

Penanganan bayi baru lahir


25. Meletakkan bayi diatas kain atau handuk pada perut bagian bawah ibu dengan posisi kepala bayi leih rendah dari tubuhnya sambil menilai keadaan bayi pada 30 detik pertama yaitu usaha bernapas, warna kulit, nadi (jika bayi tidak bernapas atau megap- mrgap lakukan langkah resusitasi BBL).


26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.


27. Mengganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering, dengan membiarkan tali pusat terbuka.


28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi dan melakukan pengurutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.


29. Memotong tali pusat diantara kedua klem dengan lindungan 4 jari tangan.


30. Mengikat tali pusat dengan jarak 1 cm dari umbilicus. Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat.kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit tali pusat plastik. Kemudian lepaskan arteri klem penjepit tali pusat dan letakkan ke dalam larutan klorin 0,5%.


31. Bayi ditengkurapkan diatas perut ibu diantara payudara dan kulit bertemu kulit (skin to skin) untuk melalukan inisiasi menyusu dini (IMD).


32. Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan tidak ada janin kedua.


Penatalaksanaan aktif persalinan kala III


33. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik setelah 1 menit kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 IU IM di gluteus atau 1/3 paha atas bagian luar setelah mengaspirasikan lebih dahulu.


34. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara memindahkan klem pada tali pusat 5-10 cm didepan vulva.


35. Letakkan satu tangan pada abdomen ibu tepat diatas simphisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.


36. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus ke arah lumbal dan kepada ibu (dorso cranial) untuk mencegah terjadinya inversio uteri.


37. Setelah plasenta lepas, kemudian menarik tali pusat kearah bawah dan kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan gerakan dorso cranial.


Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan PTT selama 15 menit:


a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU IM.


b) Menilai kandung kemih dan dilakuakn cateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik.


c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.


d) mengulangi PTT selama 15 menit berikutnya dan jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak kelahiran bayi segera lakukan plasenta manual.


38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.


a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.


b) Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.


39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).


a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.





Menilai perdarahan


40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.


41. Mengevaluasi bila adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan secara aktif. Jika ada robekan yang menyebabkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

Melakukan prosedur pasca persalinan


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pendarahan pendarahan pervagina.


43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit yaitu selama 1 jam.


44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1 mg IM dipaha kiri anterolateral.


45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K beri suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.


Evaluasi


46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan pervagina.


a. 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.


b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pada paska persalinan.


c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan.


d. Apabila uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.


47. Ajarkan ibu/keluarga bagaimana cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.


48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.


50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5°C).





Kebersihan dan keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk proses dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.


52. Buanglah bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.


53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.


54. Pastikan ibu sudah merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Sarankan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.


55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.


56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


57. Cuci kedua tangan dengan sabun juga air mengalir.


Pendokumentasian



Lengkapi partograf (yakni halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. (Nurasiah, 2012).

Post a Comment for "Makalah Asuhan Persalinan Normal"