Makalah Manajemen Aktif Kala III
Makalah Manajemen Aktif Kala III |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, yakni sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan disebabkan si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang sangat menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, serta sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses serta tahapan persalinan seperti apa, sehingga kemudian para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinannya.
Proses persalinan terbagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. kala I; Tahap Pembukaan
2. Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
3. Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta
4. Kala IV; Tahap Pengawasan
Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kala III yakni tahap pengeruaran plasenta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Manajemen Aktif Kala III?
2. Bagaimana Cara Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III?
3. Apa Keuntungan-Keuntungan Manajemenaktif Kala III?
4. Bagaimana Manajemen Aktif Kala III?
5. Apa Saja Pemeriksaan Pada Kala III?
6. Apa Saja Pemamtauan Kala III?
7. Apa Saja Kebutuhan Ibu Pada Kala III?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Manajemen Aktif Kala III
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III
3. Untuk Mengetahui Keuntungan Manajemenaktif Kala III
4. Untuk Mengetahui Manajemen Aktif Kala III
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Pada Kala III
6. Untuk Mengetahui Pemamtauan Kala III
7. Untuk Mengetahui Kebutuhan Ibu Pada Kala III
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Aktif Kala III
Kala III berawal dari sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata lama kala III yaitu berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit. (Sumarah, 2009)
Pentalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penelitian selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-partum. (Varney, 2007)
Penelitian Prevention of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik menejemen aktif kala tiga (Active Managemen of Third Stage of Labour/AMTSL) di 20 rumah Sakit di Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% Rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan praktik menejemen aktif ditingkat pelayanan kesehatan primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan dan Cirebon) dimana sekitar 70% melakukan manajemen aktif kala tiga bagi ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin maka sudah sewajarnya jika menejemen aktif kala tiga tidak hanya dilatihkankan tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standart asuhan persalinan. (APN, 2008)
B. Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III
Fisiologi Kala III
Dimulai segera setelah bayi hingga lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Pada umumnya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.
Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume ronnga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini mengakibatkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau kedalam vagia.
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini mengakibatkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
C. Keuntungan-keuntungan manajemenaktif kala III
Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008)
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala III:
a. Persalinan kala III yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian Retensio Plasenta
Cara-cara Pelepasan Plasenta :
a) Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini bisa dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Pelepasan ini ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di fundus.
b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina jika plasenta mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu yaitu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
Tanda – tanda pelepasan plasenta.
Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
Tali pusat memanjang.
b. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam saat satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
Pengawasan Perdarahan
Empat prasat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
a. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Jika tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Jika tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, hal ini berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b. Prasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran berarti plasenta sudah lepas.
c. Prasat Klien
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
d. Prasat Manuaba
Praasat manuaba yaitu tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawan.
D. Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif III: Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III:Pemberian oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan tali pusat terkendali(PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri (Masase Fundus Uteri).
Penegangan tali pusat terkendali: Berdiri disamping ibu, pindahkan jepitan semula tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut, lrtakan telapak tangan ( alas dengan kain ) yang lain, pada segmen bawah rahim atau diding uterus dan suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan ( jangan dilakukan pemaksaan ).
E. Pemeriksaan Pada Kala III
Pemeriksaan Plasenta,Selaput Ketuban dan Tali Pusat
1. Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata. Amati apakah ada bagian tertentu yang misal tertinggal atau tidak utuh, bila kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta.
2. Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban.
Apabila ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban dikarenakan sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.
3. Tali Pusat
Setelah plasenta lahir, maka periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
a. Panjang tali pusat
b. Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau terpilin-piliin)
c. Insersio tali pusat
d. Jumlah vena dan arteri pada tali pusat
e. Adakah lilitan tali pusat
F. Pemamtauan Kala III
1. Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manejemen aktif kala III (ketika PTT), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi yaitu dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala 1V.
2. Robekan Jalan Lahir dan Perineum
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan meyakinkan apakah jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.
3. Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien yaitu terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir serta kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban, darah, serta feses saat proses kelahiran janin.
Selama plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada prndarahan, maka segera keringkan bagian bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi sebagai penampung darah (under pad). Apabila memang dipertimbangkan perlu untuk menampung darah yang keluar untuk kepentingan perhitungan volume darah, maka pasang bengkok dibawah bokong pasien.
G. Kebutuhan Ibu Pada Kala III
1. Dibutuhkan dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
2. Diberikan penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang serta tindakan apa yang akan dilakukan
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih yang disebabkan bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban
6. Hidrasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
KALA III FISIOLOGIS
NO.REGISTER :……………………………………
Tempat / Ruang : Ruang bersalin
Tgl.Masuk : 03 desember 2014 Pukul : 10.00WIB
Tgl.Pengkajian : 03 desember 2014 Pukul : 10.00WIB
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. W
Umur : 26 th Umur : 32 th
Suku : Jawa / Indonesia Suku : Jawa / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sambirata Cilongok Alamat : Sambirata Cilongok
Telp : - Telp : -
B. Anamnesa (Data Subyektif)
1 . Alasan utama masuk kamar bersalin: Jika ibu mengatakan merasakan ada tanda-tanda persalinan.
2 . Keluhan Utama : Jika ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran bayinya ,ibu merasakan adanya mules karena ari-arinya belum lahir.
3 . Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun Banyak : 3 kali ganti pembalut/ hari
Siklus : 28 hari Lama : 5-7 hari
Disminore : tidak disminore Teratur /tidak : teratur
Sifat darah : cair, tidak ada gumpalan 5. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Riwayat kesehatan ibu sekarang :
· Penyakit Jantung : tidak ada
· Penyakit Ginjal : tidak ada
· Asma/TB
· Hepatitis : tidak ada
· D.M : tidak ada
· Hipertensi : tidak ada
· Epilepsi : tidak ada
· Malaria : tidak ada
· Infeksi menular seksual (IMS) : tidak ada
· HIV/AIDS : tidak ada
· Lain-lain : tidak ada
b. Riwayat kesehatan ibu dahulu :
· Penyakit Jantung : tidak ada
· Penyakit Ginjal : tidak ada
· Asma/TBC paru : tidak ada
· Hepatitis : tidak ada
· D.M : tidak ada
· Hipertensi : tidak ada
· Epilepsi : tidak ada
· Malaria : tidak ada
· Infeksi menular seksual (IMS) : tidak ada
· HIV/AIDS : tidak ada
· Lain-lain : tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga :
· Penyakit Jantung : tidak ada
· Penyakit Ginjal : tidak ada
· Asma/TBC paru : tidak ada
· Hepatitis : tidak ada
· D.M : tidak ada
· Hipertensi : tidak ada
· Epilepsi : tidak ada
· Malaria : tidak ada
· Infeksi menular seksual (IMS) : tidak ada
· HIV/AIDS : tidak ada
· Lain-lain : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : syah kawin 1 kali umur 21tahun, dengan suami
umur : 24tahun
Lamanya 1tahun, anak : 1 orang
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil KE
Usia
Kehamilan
Jenis Persalinan
Tempat persalinan
Komplikasi
Ibu
bayi
1
Aterm
Normal
BPM
Tidak Ada
Tidak Ada
2
Aterm
Kehamilan ini
6. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 16-11-2012
TP/HPL : 23-8-2013
Umur kehamilan : 40 minggu
ANC : teratur atau tidak*, frekuensi : 8 X di BPM
Keluhan–keluhan pada trimester I : yaitu mual, muntah, pusing
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
7. Riwayat Immunisasi : TT 1 dilakukan catin
TT 2 dilakukan pada kehamilan TM I
TT 3 dilakukan pada kehamilan TM II
TT 4 dilakukan pada kehamilan TM III
8. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 1 bulan, lama pemakaian yaitu kurang lebih satu tahun dan ibu tidak merasakan keluhan apapun.
9. Pola Kebutuhan Sehari-hari :
a. Makanan dan minuman
terakhir, yaitu pukul 17.00 WIB Jenis makanan : nasi, sayur porsi: 1 piring
b. Eliminasi
Buang air besar terakhir pukul 08.00 WIB
Buang air kecil terakhir pukul 16.00 WIB c. Pola Istirahat
c. Tidur : siang 2 jam, malam 8 jam
Istirahat terakhir 7 Jam
d. Pola hygiene
Mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, keramas seminggu 3x, perawatan payudara saat mandi
e. Pola aktivitas
Ibu melakukan kegiatan rumah tangga
C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif )
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Emosional : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : yaitu 100/70 mmHg Nadi : 80 X / mnt
Pernafasan : yaitu 20 X /mnt Suhu tubuh : 36,50 c
LILA : 25cm
Tinggi badan : yaitu 157 cm Berat Badan : 62 Kg
b. Pemeriksaan fisik ( head to toe )
1. Kepala
Muka/wajah : tidak odema
Mata
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Hidung
Secret/serumen : tidak ada
Polip : tidak ada
Telinga
Secret/serumen : tidak ada
Polip : tidak ada
Mulut
Bibir : tidak pucat, tidak kering
Gigi : tidak ada caries, tidak berlubang
2. Leher
Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
Lain-lain : tidak ada
3. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam
Payudara
Pembesaran : ada
Putting susu : menonjol
Simetris : iya, simetris
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : ada (colostrums)
Areola : hiperpigmentasi
Rasa nyeri : tidak ada
4. Abdomen
Pembesaran : ada
Benjolan abnormal : tidak ada
Bekas Luka operasi : tidak ada
Kandung kemih : kosong
Striae gravidarum : ada
Linea gravidarum : ada
Gerakan janin : tidak ada
TFU : setinggi pusat
5. Perinium : tidak ada luka
Pendarahan : ada
6. Anus :
Hemoroid : tidak ada
Varises dan odema : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Posisi tulang belakang: lordosis gravidarum
7. Exstremitas atas
Oedema : tidak ada
Kebersihan : bersih
Warna jari dan kuku : tidak pucat
Turgor : baik
Kekakuan otot dan sendi: tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
8. Exstremitas bawah
Oedema : tidak ada
Kebersihan : bersih
Warna jari dan kuku : tidak pucat
Turgor : baik
Kekakuan otot dan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varises : tidak ada
Refleks patella : kanan + kiri +
Lain-lain : tidak ada
II INTERPRESTASI DATA :
1. Diagnosa : misal Ny. R umur 26 tahun P2 A0 inpartu kala III
2. Data dasar :
DS :
· Ibu mengatakan bayi lahir normal pada tgl 03 desember 2014 pukul 10.00 WIB dengan bb: 2800 gram pb :48 cm jenis kelamin laki-laki
· Ibu mengatakan merasa lelah dan mules
DO :
· Keadaan umun : baik
· Keadaan emosional : stabil
· Kedaran : compos mentis
· TTV : TD :100/70mmHg
· N: 80x/menit
· R: 25x/menit
· S: 36,5oC
· Perdarahan : normal
· Kontraksi : baik
· TFU : setinggi pusat
3. Masalah
Kecemasan ibu
4. Kebutuhan
Segera lakukan manajemen aktif kala III
III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Tidak ada
V PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu bahwa plasenta akan segera lahir
3. Beritahu ibu bahwa ibu akan disuntik
4. Mempersiapkan peralalatan
5. Mengetahui adanya tanda pelepasan plasenta
VI PELAKSANAAN :
Tanggal 03 desember 2014 pukul : 10.00 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa plasenta akan segera lahir
2. Menyiapkan peralatan untuk melaksanakan manajemen aktif kala III
3. Melakukan manajemen aktif kala III
4. Mengetahui tanda adanya pelepasan plasenta
5. Memantau keadaan umum ibu
VII EVALUASI :
Tanggal : 02 desember 2014 pukul : 02.00 WIB
1. Ibu mengetahui mengetahui bahwa plasentanya akan segera lahir
2. Peralatan sudah disiapkan
3. Manajemen aktif kala III telah dilakukan
4. Plasenta lahir lengkap
5. Keadaan umum ibu baik
DATA PERKEMBANGAN KALA III
Tanggal 03 Desember 2014 Pukul 10.30 WIB
Subjektif : 1). Ibu senang dengan kelahiran bayinya
2). ari-ari belum lahir. Ibu merasakan adanya mules kembali
Objektif :
· KU : baik
· TTV : TD : yaitu 120/80 mmHg ND : yaitu 80x/menit
R : 20x/menit SH : 36,5
· Inspeksi : plasenta belum lahir, dan tali pusat menjulur
· Palpasi : kontraksi baik
· TFU : setnggi pusat
· Laserasi : belum dijahit
· Kandung kemih : kosong
· PPV : normal
Analisa : P2A0 inpartu kala III.
Data dasar :
Data obyektif :
· KU : baik
· Inspeksi : plasenta belum lahir, tali pusat menjulur
· Palpasi : kontraksi baik
· TFU : setinggi pusat
Penatalaksanaan : tanggal 03 Desember 2014 pukul 10.20 WIB
1. Meyakinkan bahwa janin ibu tunggal dengan melakukan palpasi pada perut ibu.
Evaluasi : Hasil palpasi fundus uteri yang dilaksanakan yaitu janin yang dikandung ibu tunggal.
2. Melakukan manajemen aktif kala III.
Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU pada paha yaitu bagian luar IM
a. Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu kontraksi baik, uterus membulat, tali pusat menjulur, dan ada semburan darah.
b. Saat uterus berkontraksi, maka tangan kanan memegang tali pusat, sementara tangan kiri memegang fundus kea rah dorso cranial.
c. Saat plasenta terlepas, menarik tali pusat kearah bawah kemudian atas mengikuti kurve jalan lahir, sambil meneruskan tekanan berlawanan kea rah uterus.
d. Saat plasenta terlihat 2/2 dari vulva, memegang dengan dua tangan hati-hati memutar searah jarum jam hingga selaput ketuban tersebut lepas.
e. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, meletakan tangan kanan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar.
f. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada ibu janin selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta lengkap dan utuh, meletakan plasenta pada tempatnya.
Evaluasi : Penatalaksanaan manajemen aktif kala III telah dilakukan, hasilnya :
- Plasenta sudah lahir jam 19.15 WIB, kotiledon lengkap,selaput lengkap dan tidak ada yang tertinggal
- Uterus berkontraksi dengan baik
3. Melakukan anestesi lidokain 1 % pada daerah laserasi
Evaluasi : anestesi sudah diberikan
4. Melakukan penjahitan laserasi derajat I
Evaluasi : laserasi telah dijahit perdarahan dari laserasi telah terhenti
5. Menganjurkan masase pada fundus uteri pada ibu dengan menggunakan telapak tangan ibu untuk mengurangi rasa nyeri, dan mencegah terjadinya perdarahan.
Evaluasi : Ibu sudah dapat melakukan masase fundus uteri untuk mengurangi rasa nyeri serta mencegah perdarahan.
6. Mengobservasi perdarahan dan robekan jalan lahir.
Evaluasi : Perdarahan kurang lebih 300cc.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Aktif Kala III adalah pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta.
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala III:
a. Persalinan kala III yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian Retensio Plasenta
d. Manajemen aktif kala III yaitu terdiri dari 3 langkah utama:
e. Pemberian suntikan oksitosin yaitu dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
f. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
g. Masase Fundus Uteri.
Dalam melaksanakan Manajemen Aktif kala III terdapat beberapa kekeliruan ataupun kesalahan tindakan yang masih bisa memungkinkan dilakukan oleh bidan. Pemeriksaan plasenta meliputi selaput ketuban, bagian plasenta serta tali pusat.
B. Saran
Semua tenaga penolong persalinan (bidan, dokter) diharapkan dapat melakukan Manajemen Aktif kala III pada setiap asuhan poersalinan normal sebagai upaya percepatran penurunan angka kemnatian ibu di Indonesia. Dalam melaksanakan Manajemen Aktif kala III bidan harus memperhatikan setiap tindakan agar tidak terjadi kekeliruan ataupun kesalahan yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Setiap tindakan juga mesti disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku sehingga perdarahan postpartum dapat dikurangi. Pemeriksaan plasenta juga penting dilakukan diantaranya yaitu dengan memeriksa selaput ketuban, bagian plasenta, dan tali pusat.
Post a Comment for "Makalah Manajemen Aktif Kala III"
Post a Comment